Tim Pengabdian departemen Akuntansi FEB UM dan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar sosialisasi Pupuk Organik Padat (POP) dan Pupuk Organik Cair (POC) dengan kelompok tani di Desa Samar, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Kegiatan ini dikoordinatori oleh Bapak Slamet Fauzan, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Akuntansi UM. Dalam sosialisasi tersebut, mahasiswa KKN UM mengajarkan cara pengolahan kotoran dan urine sapi menjadi kompos yang nantinya akan bermanfaat bagi tanaman warga. Kegiatan ini mendukung adanya Sustainable Development Goals (SDGs). TPB/SDGs bertujuan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kegiatan ini mendukung SDGs 3 kehidupan sehat dan sejahtera, SDGs 8 Pekerjaan layak dan Pertummbuhan Ekonomi dan SDGs 15 yaitu ekosistem daratan. Hal ini karena pupuk akan menyebabkan kehidupan masyrakat sejahtera dan lingkungan darat yang sehat.
Koordinator pengelolaan kompos dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Lengkuas, Dusun Gading, Suwanto, mengungkapkan bahwa kendala yang selama ini dialami dalam pembuatan kompos adalah kotoran hewan yang tak kunjung kering. “Kotorannya (keluar dari sapi) tiap hari, tapi keringnya ndak tiap hari,” keluh Suwanto.
Ia dan warga Desa Samar lainnya berharap kotoran hewan dapat dikeringkan dengan cepat agar pembuatan kompos dapat berjalan optimal dan tidak ada kotoran yang dibuang ke sungai.
Melihat masalah yang sejak lama dialami warga tersebut, mahasiswa KKN UM merumuskan metode pengeringan kotoran hewan yang jauh lebih cepat. Dengan memanfaatkan bakteri pengurai yang disemprot pada tahap penjemuran kotoran, kotoran dapat kering dalam waktu satu pekan.
Mahasiswa KKN UM, Sherly Agustina mengungkapkan bahwa meski sangat optimal untuk mengeringkan kotoran hewan, senyawa bakteri pengurai yang ia dan kawan-kawannya gunakan cukup sulit dijumpai di Tulungagung. “Kemarin nyari di lima toko pertanian di Tulungagung, dan nggak nemu.
Akhirnya kami nyari di marketplace. Itu pun harus pre-order, tiga hari baru dikirim,” ungkap Sherly. Kotoran yang telah kering menjadi POP dan siap digunakan untuk media tanam maupun pupuk tanaman.
Di samping kotoran hewan, mahasiswa KKN UM juga mengolah urine sapi menjadi POC. Urine dicampur dengan beberapa senyawa, kemudian didiamkan selama kurang lebih satu pekan hingga beraroma seperti tape. Layaknya POP, urine (POC) yang demikian sudah siap digunakan untuk tanaman.
“Desa Samar ini, kan, (hewan) ternaknya banyak, jadi saya berharap limbah ternak (kotoran dan urine) itu bisa bermanfaat, bukan cuma dibuang begitu aja. Syukur-syukur kalau bisa jadi sumber penghasilan baru bagi warga,” pungkas Sherly.